Logo Tirainews.com

Jangan Dibuang, Minyak Jelantah Bernilai Ekonomi

Jangan Dibuang, Minyak Jelantah Bernilai Ekonomi
Pekerja melakukan proses penyaringan minyak jelantah (used cooking oil/UCO) yang diperoleh dari sejumlah restoran, hotel dan rumah tangga di gudang ekspor minyak jelantah (Yudi)

Tirainews.com - Minyak goreng bekas atau minyak jelantah (used cooking oil/UCO) dapat diolah menjadi bahan baku biodiesel yang dapat digunakan menjadi subtitusi minyak solar bagi mesin diesel untuk sektor transportasi maupun industri. 

Langkah ini bisa mengurangi limbah ke lingkungan hidup, bermanfaat dalam segi ekonomi, baik untuk kesehatan serta pengurangan emisi gas rumah kaca hingga mendukung pembangunan daerah.

Pimpinan PT Medan Bionergi Nusantara (MBN) Pekanbaru M Rizky Ramadhan mengatakan, minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang biasa dibuang dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan hidup.

"Kita kumpulin minyak jelantah yang biasa dibuang dari restoran, rumah makan serta rumah tangga dan kemudian kita lakukan proses penyaringan di gudang ekspor yang berlokasi di Jalan Air Hitam untuk diekspor menjadi bahan baku biodiesel," jelasnya.

Saat ini kita memiliki beberapa supplier di seluruh wilayah Riau dan diluar provinsi. Minyak jelantah yang sudah disuplai itu bisa ditukarkan dengan rupiah, sembako ataupun dengan emas.

"Untuk standarnya, biasanya kita mengambil minyak jelantah dari mereka itu sekitar Rp5.500 /kilonya. Namun kalau volume penyetorannya melebihi kapasitas 1 ton itu kita akan kalkulasikan dengan harga ekspor UCO pada saat itu," ujarnya.

Dalam sehari Ia bisa mengumpulkan sekitar 2 ton hingga 3 ton minyak jelantah dari supplier atau pelaku usaha yang langsung dan diambil dari tempat mereka. Sebulan, Ia bisa mengumpulkan sekitar 60 ton minyak jelantah untuk diekspor.

"Sekali dalam sebulan, Kita mengekspor Minyak jelantah (used cooking oil/UCO) ke beberapa negara yang diantaranya Singapura, Korea, Amsterdam, Cina dan beberapa negera Eropa lainnya sebagai bahan baku Biodiesel," jelasnya.