Logo Tirainews.com

Emas Hijau Masa Depan Desa Siabu

Emas Hijau Masa Depan Desa Siabu
Mahasiswa Kukerta Unri 2022 Desa Siabu

Tirainews.com - Mathoha bertanya-tanya, jika umurnya telah mencapai usia 65 tahun, apakah ia bisa bercocok tanam seperti saat ini? Hasil renungannya bersama teman kelompok tani mampu menghantarkannya kepada pencapaian luar biasa. Tanaman vanili sukses ia budi dayakan di bumi Kampar. Perawatannya tergolong mudah, meski penanamnya berusia sembilan puluh tahun.

Thoha, panggilan akrabnya, mulai meceritakan jejak karirnya bersama emas hijau ini kepada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Balek Kampung Desa Siabu 2022 pada Kamis, (11/08/2022).

Ia pertama kali mengenal vanili tahun 1993. Kala itu, ilmu tentang tanaman vanili yang dimilikinya hanya sepucuk jagung. Tak cukup untuk menghasilkan buah vanili yang siap produksi. Sesuai perkiraan, tanaman vanilinya gagal. Daun yang seharusnya hijau malah menguning. 

Namun kegagalan tak mematahkan semangat Thoha. Pasca krisis moneter tahun 1999, ia kembali mencoba. Sayang, lagi-lagi keberuntungan tak berpihak kepadanya. Sadar jika tidak ada peningkatan dalam ilmu cocok tanam vanili, ia kemudian bertemu dan berguru kepada ahli vanili keturunan China asal Bangka Belitung. 

“Jangan kau balik ke Riau sebelum mendapatkan dua puluh hingga enam puluh persen ilmu vanili,” ujar gurunya memberi peringatan kepada Thoha beserta teman-temannya.

Setelah belajar dengan baik dan merasa kemampuan taninya meningkat, Thoha bertemu dengan Gunawan yang kemudian bersama-sama merintis tanaman vanili di Kabupaten Kampar. Mereka bertekad agar tanaman dengan nilai jual tinggi ini mampu tumbuh subur dan hijau di bumi lancang kuning.

Memang, perjalanan tak sepenuhnya mulus. Awal merintis karir bersama Gunawan, tanaman vanilinya tak jauh dari hasil cobanya di Bangka Belitung. Daun yang menguning. Thoha kemudian menyadari pH yang dibutuhkan tanaman asal Portugis ini dan Kampar sangat berbeda. 

Syaratnya vanili harus berada pada pH 6,5 sedangkan Kampar berada pada pH 5,1. 
Kembali merenung dan memutar otak. Setelah empat bulan lamanya akhirnya ia temukan cara agar daun tersebut tak menguning. Rahasianya ada pada pupuk organik buatan sendiri. 

“Alhamdulillah kita ciptakan dari sisa-sisa makanan yang kemudian difermentasi,” ungkapnya.

Kini, tanaman vanilinya tumbuh subur serta berwarna hijau segar. Walau melakukannya secara independen, tak tersentuh pihak manapun, ia mampu membuktikan bahwa di Kampar, telah lahir produk unggulan kebanggaan masyarakat. Ia berharap bahwa kelak di Desa Siabu mampu membudidayakan vanili lebih luas lagi, tak hanya di pekarangan rumah, hutan lindung turut jadi objek sasaran lahannya.