Logo Tirainews.com

Harga Cabe Semakin Pedas, Disketapang Pekanbaru Penuhi Undangan Hearing Komisi II DPRD Pekanbaru

Harga Cabe Semakin Pedas, Disketapang Pekanbaru Penuhi Undangan Hearing Komisi II DPRD Pekanbaru
Harga Cabe Semakin Pedas, Disketapang Pekanbaru Penuhi Undangan Hearing Komisi II DPRD Pekanbaru

PEKANBARU - Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kota Pekanbaru Alek Kurniawan SP MSi beserta jajarannya menghadiri Undangan Rapat Kerja/ Hearing dari Komisi II DPRD Pekanbaru. Selain Disketapang, turut hadir juga Asisten II Setdako El Syabrina, Kadis Pertanian dan Perikanan Firdaus dan jajaran, Kadis Perindag Ingot Ahmad Hutashut berserta Tim TPID melalui Bagian Perekonomian Setdako Pekanbaru. 

Komisi II dibawah pimpinan Dapot Sinaga SE menaja Hearing dengan agenda mendengarkan langsung informasi dari Perangkat Daerah terkait gejolak harga pangan strategis belakangan ini. 

Sebagaimana diketahui Harga cabai mulai melangit sejak Hari Raya Idul Fitri lalu. Harga bumbu dapur tersebut tak kunjung turun bahkan harganya semakin pedas hingga sekarang. Kondisi tersebut menjadi anomali mengingat harga sayur-sayur dan bumbu dapur biasanya langsung melandai setelah Lebaran. Berbagai analisa dan pendapat muncul terkait penyebab kenaikan harga cabai yang melambung ini. 

“Dari sisi hukum ekonomi, harga meningkat ketika supply yang ada tidak seimbang dengan permintaannya. Semain sedikit supply sementara permintaan tidak mengalami penurunan, maka harga akan semakin tinggi,” ucap Alek Kurniawan yang termutakhir lebih dekat dengan sapaan Kadis Akur ini.

Dengan peran strategisnya sebagai bumbu utama masakan di Pekanbaru, harga cabai kerap naik baik karena meningkatnya permintaan sementara disisi lain berkurangnya produksi karena ada gangguan cuaca dan disisi lain ada harga pupuk yang juga tidak bersahabat bagi petani. Berdasarkan data teranyar yang diterbitkan oleh Dinas Ketahanan Pangan kota Pekanbaru bersumber dari hasil suvei yang dilakukan Tim Disketapang terhadap 2 pasar setiap hari kerjanya, terpantau pada Jum’at (24/06/2022) di Pasar Suka Ramai untuk cabe merah keriting dibandrol dengan harga 95.000/kg dan untuk cabe rawit hijau senilai Rp 68.000/kg. Sementara di Pasar Rumbai harga cabe merah keriting pada angka Rp 98.000/ kg dan cabe rawit hijau 69.000/kg.


"Sekarang kan harga cabai ini tinggi. Itukan karena kebutuhan masyarakat Pekanbaru akan cabai inikan cukup tinggi, karena juga sekarang industri kuliner sudah semakin membaik lah. Tentu permintaan tinggi," tandas Akur kepada peserta rapat hearing yang hadir.

Mengantisipasi hal tersebut, hal yang paling logis saat ini yang dapat dilakukan Dissetapang melalui tusi dan pendanaan yang ada salah satunya melalui optimalisasi kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Melalui kegiatan ini, Dinas Ketahanan Pangan mendorong masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dapat memanfaatkan pekarangannya untuk menanam tanaman holtikultura, terutama cabai yang harganya sekarang sangat mahal.

"Cabai ini bisa ditanam di dalam polybag. Dengan memanfaatkan pekarangan rumah, paling tidak untuk kebutuhan sehari-hari itu bisa terpenuhi," sebutnya.

Tak hanya sampai disitu, untuk jangka Panjang, Kadis Akur mengatakan Disketapang mendukung penuh PT Sarana Pangan Madani menjadi BUMD Pangan di kota Pekanbaru. Sejauh ini pihaknya juga mendorong PT. SPM untuk bekerjasama antar daerah khususnya di bidang pangan. Ini karena tidak semua daerah surplus beragam komoditi pangan, namun semua itu butuh pembiayaan yang tidak sedikit. Sehingga apapun upaya untuk menjadikan PT SPM sebagai BUMD Pangan di Pekanbaru harus diwujudkan.

“Makanya kami sangat berharap dukungan penuh dari DPRD Pekanbaru untuk menjadikan PT. SPM sebagai BUMD, sehingga penyertaan modal dari Pemerintah dapat diberikan,” harapnya lagi.


Selain itu, Kadis Akur juga mengajak untuk mengoptimalkan kebijakan-kebijakan yang sudah ditelurkan oleh Pemko Pekanbaru sendiri melalui Perangkat-Perangkat Daerah terkait, diantaranya ada Perwako tentang Pemanfaatan lahan dan program-program strategis lainnya. Di Ketapang sendiri diantaranya ada Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Kawasan Mandiri Pangan, Pekan Pangan Madani (PPM) dan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang saat ini adalah berupa beras.

"Kita di Pekanbaru sudah ada Perwako tentang pemanfaatan lahan tidur bisa dimanfaatkan. Selain itu kita juga mendorong petani kita untuk menanam cabai, di lokasi Cadangan Pangan Terintegrasi (siCANTIG) Kelurahan Agrowisata kita juga sudah sediakan lahan disana untuk kelompok-kelompok tani. Nah ini kita sedang mendorong petani untuk menanam cabai baik itu petani muda maupun kelompok-kelompok petani (Gapoktan) termasuk disana juga ada untuk PT. SPM," ucapnya.

Hal ini sebagai bukti bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Disketapang sangat concern menanggapi isu-isu ketahanan pangan di kota bertuah ini. Tak salah kiranya, sehingga kegiatan strategis yang melibatkan pemberdayaan masyarakat tetap menjadi perhatian utama Disketapang dibawah kepemimpinannya dari tahun ke tahun.


Bahkan Sang Nahkoda Ketapang ini berulang kali menegaskan bahwa ada atau tidak adanya covid-19, sebenarnya isu-isu ketahanan pangan selalu menjadi isu strategis apalagi pada masa pandemi seperti ini. Terpenting menurut Akur bahwasanya perlakuan kepada sektor pangan harus memadai kalau tidak ingin “pangan berdaulat” dikatakan hanya sebatas slogan karena Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.  

Disinggung terkait ketersediaan dan stok, Kadis Akur menyebutkan untuk ketersedian dan stok pangan strategis di Pekanbaru tidak ada masalah. Hal ini menurutnya didasarkan pada Laporan Prognosa yang diterbitkan oleh timnya setiap pekannya. 

“Tim Disketapang di setiap awal minggu selalu menerbitkan Laporan Prognosa yang merupakan sistem monitoring stok pangan strategis yang mencakup data ketersediaan dan kebutuhan stok pangan di kota Pekanbaru. Dan sejauh ini tidak ada masalah untuk ketersedian dan stok pangan,” pungkasnya. (Advertorial)