Logo Tirainews.com

Sikap Guru Terhadap Layanan Inklusi Anak Berkebutuhan Khusus di SD Negeri 43 Bengkalis

Sikap Guru Terhadap Layanan Inklusi Anak Berkebutuhan Khusus di SD Negeri 43 Bengkalis
Murid SD Negeri 43 Bengkalis

Guru sebagai Pendidik mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apabila memang ada yang patut diteladani atau tidak. 

Bagaimana guru meningkatkan pelayanan, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara secara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, seiring menjadi perhatian masyarakat luas.

Tiap peserta didik memiliki ciri khas yang semestinya dipahami oleh seluruh pendidik atau seorang guru; 1) Individu yang memiliki potensis fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik, 2) Individu yang sedang berkembang, 3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi, 4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Sikap guru yang menolak maupun menerima keberadaan peserta didik, dalam hal ini adalah keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) semestinya mendapat perhatian khusus oleh stake holder yang ada di sekolah.

“Untuk memperoleh pendidikan yang layak dan setara dengan peserta didik reguler, sikap Guru SDN 43 Bengkalis terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah menerima segala keterbatasan yang dimiliki peserta didik inklusi, terbuka terhadap perbedaan yang beragam, dan memotivasi peserta didik inklusi agar mampu bersaing dengan peserta didik regular dalam bidang pendidikan di sekolah,” ujar seorang guru di SDN 43 Bengkalis.

Guru disekolah inklusi semestinya menjadi guru yang inklusi, maksudnya adalah guru yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan siswa yang beraneka ragam baik dari segi intelegensi, kemampuan kognitif, afektif, psikomotornya dan keaddaan ekonomi sosial anak dalam satu kelas yang inklusif dengan cara mengakomodir semua kebutuhan belajar anak dengan melakukan modifikasi didalam kurikulum, metode mengajar, sarana prasarana, sistem evaluasinya agar dapat dipergunakan bagi semua siswa yang ada didalam lingkup kelas inklusif tersebut.

“ Di SDN 43 Bengkalis guru belum siap untuk menangani anak-anak dikelasnya dengan karakteristik yang berbeda. Guru juga mengeluh dan sulit untuk mengajar satu metode yang sama dan dengan perlakuan yang sama terhadap peserta didik inklusif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai. Di samping itu juga, sarana dan prasarana belum memadai misalnya dengan belum adanya Guru Pembimbing Khusus (GPK),” ujar seorang guru di SDN 43 Bengkalis.***


Penulis :
Apriyus Fitra 
Fauziah Aini 
Monalisa Sikumbang 
Rahmayani 

Dosen Pengampu : Dea Mustika SPd MPd